Sebuah Penyakit Lazim yang Dulu Kukira Berbahaya - Batu Empedu

 Wow I am back! 


Nggak nyangka akan pernah kembali lagi ke sini. Trimakasih blogger.com karna masih eksis sampai hari ini. 

Jadi sebetulnya saya hanya ingin kembali menulis, tapi tidak tahu harus menulis apa. Jadi terpilihlah topik ini, sebuah pengalaman yang pernah terjadi pada saya di awal tahun 2018. 

Sejak kuliah S2, mungkin sekitar 2009, saya punya magh, atau saya baru menyadari kalau punya magh. Semakin ke sini, sepertinya saya semakin sadar kapan magh saya akan kambuh, dan bagaimana harus mengatasi atau mencegahnya. Jadi biasanya kalau perut terasa penuh padahal belum makan, atau agak kembung dan dalam keadaan belum makan, atau baru makan makanan pedas di hari itu, bisa dipastikan asam lambung saya mulai naik. Oh ya, atau saat sedang ada deadline. Ini penting. 

Suatu ketika di bulan Januari 2018, saya dan suami sedang menemani bapak dan ibu mertua manasik haji di Yoogyakarta. Kami berangkat dari Solo pagi-pagi sekali, sudah sarapan di jalan, jadi saya merasa baik-baik saja. Lalu saat bapak dan ibu mertua mulai acara, saya dan suami mencari cafe tempat kami kemudian bertemu teman saya yang ada di Jogja. Kami ngobrol cukup lama, dan waktu itu saya pesan capucino atau sejenisnya, saya lupa. Yang jelas minuman yang saya pesan mengandung kopi. Bisa dibilang saya agak bandel memang dalam hal ini. Kopi adalah salah satu asupan yang sebaiknya dihindari oleh penderita asam lambung. 

Singkat cerita, di siang hari sekitar jam 1, saat sholat dzuhur di hotel tempat manasik haji orangtua kami, saya merasa perut agak tidak enak. Wah.. mau kambih ini asam lambung saya.. pikir saya waktu itu. Tersangka utama jelas kopi yang saya pesan di cafe sebelumnya. Dan saya sedang tidak membawa obat, Mylanta. Jadi pertolongan pertama yang saya lakukan adalah, makan snack berat punya ibu, snack di acara manasik. Kalau tidak salah kroket kentang. 

Perut saya tidak membaik, tapi karna ini adalah gejala yang sudah tidak asing lagi, dan biasanya gejala seperti ini level awal, level ringan, saya pikir akan baik-baik saja. Toh kami sudah akan pergi dari hotel untuk makan siang. Rencananya akan mampir apotik. 

Dalam waktu kurang dari satu jam, perut semakin sakit. Bahkan untuk jalan saja sakit luar biasa. Sakitnya timbul tenggelam, tapi tidak hilang sama sekali. Ketika sangat sakit, jalan saja rasanya seperti perut sedang ditusuk-tusuk. Perut kanan bawah, beberapa ruas jari di bawah tulang rusuk kanan. 

Saya tahan sakitnya untuk masuk ke mobil, dengan memasang wajah datar menahan sakit. Sesekali agak berkerut juga. Rasanya campur aduk, seperti ditusuk, diremas dan diplintir, dan ada yang mengganjal. Beneran untuk jalan rasanya seperti itu. Kalau untuk duduk diam, sakitnya agak berkurang, 10%. Sampai akhirnya kami ke apotik kimia farma terdekat dan untuk pertama kalinya saya disuntik karena asam lambung oleh dokter. Untung dokternya perempuan, karna for your information, suntiknya di pantat, haha.. 

Ternyata besoknya sakit di bagian perut yang sama itu nggak kemudian sama sekali hilang. Di saat-saat tertentu sakitnya muncul lagi, terutama setelah makan, sampai satu bulan. Saya kira akan hilang sendiri asalkan saya makan teratur dan minum obat (dari dokter kimia farma waktu itu diberi omerazole). Sampai satu bulan, setiap hari sakit perut kanan bawah itu saya rasakan setiap setelah makan. Sakiit sekali. Hingga akhirnya atas desakan suami juga, saya periksa ke rumah sakit, dirujuk untuk USG abdomen. Yang lucu, waktu itu saya tanya ke petugas USG

"Gimana? Aman kan Pak?" (Yes, a man. And I was surprised tapi sudah terlanjur. Jadi ya sudah, pasti profesional juga kan, kebutuhan medis)

Beliau spontan bilang "Nggak"

And I was like, What!
"Kenapa memang Pak?" tanyaku, khawatir juga. 

"Ada batunya beberapa, kecil-kecil tapi ada banyak".  

Dan begitulah, keberadaan batu empedu ini akhirnya terungkap.

Kata dokter, sebetulnya nggak apa-apa kalau ada batu di empedu manusia, hanya saja kalau pola makan tidak diperbaiki, batu ini akan membesar dan berbahaya kalau sampai menyumbat saluran empedu. Jadi yang terjadi pada saya adalah tidak berbahaya, dan dilakukan terapi obat untuk menghancurkan batu-batunya. Saya harus minum obat selama 2 bulan, tanpa putus. 

Dan alhamdulillah sampai sekarang tidak pernah kambuh seperti itu lagi. Semoga batunya sudah hilang ya, aamiin aamiin aamiin. 

Comments

Popular posts from this blog

Chrysanthemum (Tea)

Rindu Itu Berat

What is Good Teacher?