Posts

Showing posts from June, 2010

MET ULTAH MI.. ^^

Image
Adekku yang satu ini lucu jayus. Tepat 17 Juni 1999, Muhammad Arif Zulfahmi (Ami) lahir. Berarti kan otomatis ini hari ultahnya dia. Sumpah lupa sama sekali mi, maafkan mbak yang agak sedikit geje ini yah mie... Bener-bener lupa tahap jujur, sampe ahirnya diingetin sama yang umurnya nambah. Jadi barusan dia sms "mbak, saiki tanggal berapa".. Pikiranku : "Hah, ngapain anak ini nanya tanggal, apa aq disuruh pulang kali ya, kangen gitu" Udah mau ngetik tanggal, 17, jadi keinget deh. Bentar-bentar... "TING!" iya yah, 17 Juni, ultahnya Ami. Ow my Gosh, lupa. Ahirnya langsung dibales "Hehe... Met Ultah adekku tercintaaa. Moga2 tambah pinter, jadi anak sholeh, nurut sama orang tua dan kakak2nya, dan tambah ngguanteng.Mmuuach". Dan dibales "Makasih" Langsung ketawa seketika dalam genangan rasa bersalahku. Sekalian sms in abah, ibuk, sama erik, ngingetin juga. Ibuk: "Udah. Orang tadi Ami juga sms 'skarang tanggal berapa buk'

FADING LOVE SONG

Image
Unbearably vague. Undetected feeling. Unanimous emotion. To whom it’s addressed unknown, Nothing and no one even shown. Not a vision nor prediction could tell Even a clue of a missing cell. The passion sometimes seems so selfish, Just a reason of the puzzled wish But one could tell a story That nature leave none but mystery Googling "blue painting", I guess picture of a painting above quite representative to actually show the sense of the Fading Love Song. Writing such words in a very leisure time, I was inspired by a painting I saw in an art exhibition in my hometown. I was in second grade of junior high school at that time, so it is about eight years ago. My friends and I casually went to an art gallery not far from my house. There was a painting exhibition of some artists if I'm not mistaken. one of the painting (I guess) hypnotized my mind because up to now, I still feel the deep emotion it delivered. It is an abstract painting of some forms, circle, t

BERKAT TUGAS LOT (Part 2, Coban Jahe, Tumpang, Malang

Image
Foto sebelah diambil pas qt mau naek. Masih pada seger. Lanjutan dari “Berkat Tugas LOT”, Coban Jahe ini salah satu penemuannya kita waktu nyari mitos sama legenda. Kaya’ coban-coban yang lain, sebenernya ini juga air terjun biasa, cuman tempatnya masih pristine banget. Di hutan pula. Banyak sih coban di Malang, Coban Rondo yang udah jadi tempat wisata, Coban Talun (belom pernah ke sana), Coban Rais yang masih asli juga tapi tempatnya di pedesaan, Coban Pelangi (udah jadi tempat wisata, tapi nggak serame coban Rondo), Coban Manten (katanya juga masih pristine dan masuk hutan lebih dalem lagi sekitar 5 kiloan), apa lagi ya… Berhubung kita kedapetan tugas di area Malang Utara, terpilihlah coban Jahe sebagai mangsa. Kita satu kelompok LOT, Tika, Nina, Weni, Andri, aq, plus dua simpatisan (hehehe, peace) mbak Angel sama Ipunk bareng-bareng ngeroyok si coban. Kesan pertama waktu berangkat : “Coban Jahe, hummm, kenapa ya namanya Jahe, banyak jahenya paling, ato rasa airnya rasa Jahe, k

AKU DAN AKU

Image
Aku, layaknya khalayak berbalut laku Aku, terdampar sorak cahaya tak berpadu Aku, terperangkap ego mayarakat duniaku Gejolak aku ingin memberontak Namun hati kelu pun lidah kaku Menyayatkan angan Menggoreskan mimpi Menorehkan asa Yang tak seorangpun dan apapun mempu merubahnya nyata, melepaskanku dari belenggu aku Sepi Hampa Hanya aku Secercah aku dan usahaku menunggu waktu

Berkat tugas “Literature and Oral Tradition” (PART 1)

Mata kuliah yang satu ini diajarin kalo mahasiswa Prodi Sastra Inggris (Sasing) Jurusan Bahasa dan Sastra Fakultas Ilmu Budaya UB ngambil konsentrasi Sastra di semester 6. Nah, ntar semester tujuh dapet LOT. Sebenernya kalo dari judul mata kuliahnya, kita bakal dapet pengetahuan tentang tradisi sastra lisan di Inggris (mereknya aja sastra Inggris). Tapi, (kata pak dosen dulu), berhubung observasi tradisi tu kudu langsung ke yang bersangkutan, alhasil kita ngadainnya observasi lokal, legenda, mitos, kisah, babat, ato apalah itu, pokoknya crita yang nggak ketahuan pengarangya siapa. Jadi minggu-minggu awal gitu kita rekreasi aja kerjaannya, sambil mendayung dapet ikan, untung2 dapet harta bajak laut. Mungkin buat orang sekitar daerah yang kita observed, crita-crita, mitos, ato legendanya tempat itu udah nggak asing, tapi banyak juga yang nggak tau. Soalnya pas kita bawa ke diskusi kelas emang pada banyak yang ber “O...” dan “wah...” (polos banget mereka... :p) Waktu itu kita kedapetan

Bersyukur Dengan Melihat Fenomena SekitaR

Kalo ada temen lagi sedih, pengen ngehibur tu pasti. Beneran deh, sumpah. Lebih bagus lagi kalo sekalian bisa ngambil pelajaran dan bersyukur. Whoop. Bukan berarti kita bersyukur karna temen lagi sedih, nggak lah.... (sadis banget). Maksudnya bersyukur dengan mengetahui kenyataan kalo kita nggak ada di posisi seperti yang dialamin orang lain, ato bersyukur dalam hal lain. Barusan-barusan ini ada temen yang lagi jumpur (baca: down to the bottom of the earth, minjem istilahnya y mas yang punya istilah). Gara-garanya dia berantem sama pcarnya, minta putus, tapi sebenernya dia nggak pengen putus. Sayangnya si pacar mengamini dan ahirnya mreka diambang putus. Otomatis kita, temen-temen se-spesies yang sering bareng ke mana-mini , coba ngehibur. Caranya macem-macem, dari nepuk-nepuk punggung pas dia nangis, ngajakin hang out, sampe marah-marahin dia gara-gara nggak bisa positif thinking dikiiiit aja (ksian banget, udah jumpur, kena marah pula). Tapi teman (buat tmen yang lagi dibicarain ka

“Sebuah Pertanyaan untuk Cinta” punya Seno Gumira

“Sebuah Pertanyaan Untuk Cinta”, a short story which is written by Seno Gumira Ajidarma, is actually a reflection of his patriarchal mind set. Most feminists believe that the common culture in the world is patriarchal which can be defined as a condition when one organized in favor of the interest of men. Therefore, feminist literary criticism is not only concerned with the marginalization of women in which they are relegated to a secondary position, but also with phenomenon of power imbalances due to gender in a given culture. Both are usually reflected in or challenged by literary texts. The beginning of contemporary women’s movement with Simone de Beauvoir, Kate Millet, and Betty Friedan leads the development of feminist literary criticism. They examine the female “self” as a cultural ideal promulgated by male authors, and their analyses of literature and culture concentrated on how male fears and anxieties were portrayed through female characters. According to Kate Millet’s critiq

Omegle Dot Com

The first time I knew this site is from a girl whom I teach, Ciwul (red). She said, it’s an interesting site and worth trying. Thus I tried it by the time I arrived home after teaching her. Whoop, it’s indeed interesting, cool, and crazy. The first three minutes I used to observe how such site actually works. It kinda throwing people in any direction and make them meet anyone from anywhere unanimously, and strangely. Therefore maybe the one whom we are talking with is named stranger. It’s so simple to talk to someone because we don’t need to register or filling some information about us, nor we need to create a nickname. Just “click” and “chat” Once I met a “stranger”, he uses English. So does the second, the third, and I then found that most the users are foreigners. Perhaps the possibility to chat with people from Indonesia is one tenth or even less. Cool, I can have an English chat without having to know each other first and may be I can make friends a lot. But that’s just what I