Posts

Showing posts from 2010

Garuda Fights Back

26 Desember 2010, Final FFA Indonesia vs Malaysia di Malaysia tadi membuahkan hasil akhir 3-0 buat Malaysia. That was the first time I saw such match, pertama kalinya liat pertandingannya FFA, pertama kalinya liat pertandingannya Indonesia. Kemaren pas Nina nginep di rumah, kita crita-crita soal Christian Gonzales, Bachdim, Bambang, Yongki, and so on about timnas lah pokoknya. Emang yang lagi populer banget hari-hari ini kan itu, ya selaen bahasan cewe pada umumnya (soal Dewi Persik, Jupe, Cinta Fitri, de el el). Waktu dicritain pas Indonesia lawan Filipin yang dramatis gitu aja ampe terharu, crita tok lo padahal, dalam kondisi masih buta info plus gak da bayangan sama yang namanya Bachdim dan sejenisnya. Makanya bertekad bulat hari ini pokoknya kudu nonton, support the very team sampe detik penghabisan. Eh.... sekalinya nonton dibikin guuuemes mes mes, kalah pisan, huhuhu.... Mreka sampe grogi gitu gara2 aq nonton paling ya, jadi nggak konsen, kebobolan terus jadinya, (hohoho, ngayal.

Morning Twitter

Dear my Lord, There're millions words I want to say to Thee all of which, are "Thank You for blessing me"... Dear my Lord, There's nothing in this world could ever give such a great feelings, most of which, are composure and tranquility. The dew, these twitters, the air and those greens, are all You create for none but for good, of these kinsmen and kinsfolks that're here under Your will. None in this earth I want to be but I am, as You have brought into being this poor little creature filled by a great love from and to Thee. Just, I beg You wholeheartedly my Dear Almighty, I have a very fragile heart these days, and You are the one and only that shows the path of righteousness among this earth of things blurry. The best path of righteousness. I AM afraid this heart would be missled and I do try to hold tight Your light. But only a little poor creature I am, who just, have only You in feet under my skin.

Bahayanya Sebuah Berita

Indonesia, my beloved country where I live in, lagi musim bencana. Gak tanggung tanggung, bencana seakan nggrebek negara ini. Banjir di beberapa daerah terutama di Jabar terutama lagi di Jakarta, Tsunami di Sumatra lagi (Mentawai, Sumatra Barat), sama gunung meletus (Merapi, Jogja). Yang gemes tuh kalo liat berita yang bahasanya provokatif ato liat facebook dan media elektronik kaya' Yahoo! Answer, comment detik, sama kolom diskusi, pun media cetak di kolom opini. Jadi kesel-kesel sendiri sama komentar-komentar nggak mutu yang bisanya cuman nyalahin orang, dalam hal ini pemerintah pastinya. Walo sama sekali nggak terkait sama afiliasi pemerintahan apa pun, tapi degan liat ato baca ky gitu ikutan panas. Justru orang awam sih kalo menurutku, yang cuman bisa ngritik, komen pedes, dan nggak ngasi solusi. Tong kosong nyaring buntinya. Kemaren liat berita Banjir di salah satu tv swasta, pemberitaannya profokatif banget. Judul tag line nya lo "Pemerintah tidak tanggap ...(apa gitu

One More Step to Go

Alhamdulillaaaaah ahirnya seminar hasil juga. Revisinya banyak euy. Bismillah, I can do it!!! I really felt grateful not only because I have made it, but also because I got the courage from my friends. Walo cuma sms, wall post di facebook, ato komen di status facebook, their words are such a spirit they delivered. Thanks a lot guys. Hebat yah yang nyemangatin. Hmm... biar banyak revisi yang musti dibabat, tapi hati ini udah lebih ringan. Liat temen yang masih pada berjuang juga buat ngejar seminar2, I really want to encourage them, jangan sampe sempet mereka kepikiran buat give up ato males-malesan. Kalo ada donor spirit ato niat, bakal q donor wes sebanyak-banyaknya, hohoho. GOSH! The only thing I really wanna do right now is just thank You a million times, but no words seem to represent my gratefulness to Thee, my dear Almighty... And nothing could express how much I love you guys, my dearest friends, (jadi berasa bikin kata pengatar) If only I could mention names in the acknowle

“Nemu” Sumthin Nu (My Teaching Pace)

Alhamdulillah thank Godness kemaren udah mulai ngajar di salah satu bimbel bahasa Inggris. Ngajar di bimbel... otomatis ngajar kelas, bukan privat as I used to be. Pernah ngajar kelas sih sebelomnya, tapi waktu jadi pengampu performance buat maba yang notabene udah nggak segede jagung lagi. But this time, kelas yang q pegang penghuninya sembilan unyil-unyil kelas satu sama dua SD. Inget mereka selalu bikin (paling nggak) senyum, dan kadang ketawa, hahaha.... (tuh kan ketawa). Menyenangkan, soalnya anak-anaknya rame banget, pinter2, imut2, celotehan pula. Mungkin karna basicaly I have my own little brother and sister at their age kali yah, jadi seneng dan nyaman aja. Tiur, Dhea, sama Ahmad yang rajin dan pinter, paling sering hafal kalo tebak-tebakan. Si kurus Fifi sama Putri yang suka duduk sebelahan, rajin juga dan doyan banget mimpin prayer. Tessa yang suka ngobrol sendiri, tapi dia pinter dan gampang hafal. Ekha, adeknya Ahmad yang cute kearab-arab an. Hehehe, kalo pas ketinggala

The “Difficult” One (My Teaching Pace)

Well well well,  Yeph, th e icon beside is really what I have on my face when I start typing this. It is absolutely because of Dira, the class I have just taught. Lol. Ooow my God. It always makes me, at least, smile and, at last, laugh. Dira is the name of a class in an English Course institution where I become one of its teachers. It consists of nine students, first and second grade of elementary school. Basically ,they are all great, funny, talk active (the nature of children, indeed), smart, crowded, cutes and disobedient sometimes. And this is my second day of my being with them, excluding two meetings of observation. The matter is, I really don’t know what I have to do with one of them. Diki is cute in fact, but he is also very stubborn, and not sometimes disobedient. He never writes when the others write, but he answers when I ask him things. Yet, he never obey what I want him to do like writing notes, sitting on his place, or writing agenda, except when it is almost the

Suka Duka Cewe'

Kaya'nya sekarang yang namanya PMS udah familiar nggak cuma di kalangan cewe tapi juga di kalangan cowo yah. Malah banyak yang make kata ini buat ngatain ato guyonan kalo temennya ada yang lagi marahan ato sakit perut. Dasar cowo! Mentang-mentang nggak pernah ngrasain, awas kualat lo! Sampe segedhe ini, dan inspite of having it almost every month, baru tahu kalo yang namanya PMS a.k.a Pre Menstuasi Syndrom ada macem-macem tipenya. Itupun gara-gara seharian nggak jenak beraktivitas becoz of this kind of syndrom (termasuk pas lagi ngetik ini, makanya bisa mengahayati). Nempel aja dia, karepe dewe emang. Jadi tipenya ada tipe A, H, C, sama D. PMS tipe A (menurut artikel yang saya baca) istilah kerennya anxiety. Kalo istilah gampangnya gangguan psikis. Biasanya ditandain dengan suka cemas nggak jelas, perasaan labil, sensitif, saraf tegang. PMS tipe H. Istilah kedokterannya blibet, gampangnya gangguan fisik kali ya. Tanda-tandanya muncul edema(pembengkakan), perut kembung, nyeri

Ngliput Time

Agustus lagi, musim maba lagi, ospek lagi, ngliput lagi. Dari tahun pertama jadi mahasiswa, hari-hari yang menyenangkan adalah pas ospek. Tahun pertama, diospek. Setaun berikutnya dan seterusnya, ngliput ospek. Sebenernya waktu pertama kali jadi kakak tingkat (tahun 2007), pinginnya ikutan jadi panitia ospek. Sayangnya gatot. Waktu itu SK Rektor pertama yang menyatakan bahwa kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus (PKK) Maba alias ospek dipanitiai oleh dosen dan dibantu oleh mahasiswa. Sempet ada berkali-kali hearing antara panitia yang udah dibentuk 2 bulan sebelum hari H, sama pada birokrat program (waktu itu belom jadi fakultas). Intinya, panitia ospek bentukan mahasiswa di prodi Bastra boikot dan mogok cawe-cawe di urusan ospek mengospek. Ada juga Teknik sama Mipa kalo nggak salah. Untung Mimesis ngobatin luka hati ini (hohoho, lebay detected). Jadi alih-alih ngospek, anak-anak Mimesis yang nggak ada 10 biji (termasuk editor) bikin jurnal ospek pertama punya Mimesis. Keren pokokny

Program Wisata Keren Punya Detik

Detik.com Barusan aja jadi pengunjung rajinnya, tambah nyesel, kenapa nggak dari dulu aja suka maen ke situs ini. Since sebulanan sebelum piala dunia 2010, tepatnya, jadi sering ngintip detik. Seru ternyata. Sekarang malah lagi ada program baru yang keren, wisata gratis euy. Paminatnya banyak banget. Pendaftar yang inisialnya "S" aja ada 20 halaman lebih, gila yah. Padahal satu halaman ada 33 orang, brarti buat huruf S aja 660 orang belom lebihnya. Dan ini masih ada berapa hari lagi, wiiiiiih. Kaya' mengharapkan nemu jarum di anara jerami, hahaha Tapi bukankah kita nggak pernah tahu apa yang bakal terjadi besok dan bukankah kita nggak bisa tahu ke mana operatornya detik ngarahin mousenya. Most of all, bukankah kita nggak boleh kehilangan harapan dan rasa percaya walo cuma dikit. Semangat semangat semangat!!! Temen-temen yang baca blog ini, coba aja buka detik.com di kategori travel, and try your luck. Tempat-tempat wisatanya macem-macem. Kalo liat di kolom "spo

Apa sih Nisfu Sya'ban

Thanks buanget buat para penemu teknologi yang udah bikin segalanya jadi mudah, termasuk cari info dengan hanya masukin beberapa huruf ato kata. Nisfu Sya'ban. Udah kenal sama kata ini lumayan lama sih, dari umur berapa ya, lupa. Kelas satu SD kali ya. Yang jelas, waktu kecil di suatu malam deket-deket mau bulan puasa, ibu' sering ngaji2 gitu habis sholat magrib. Tapi yang ini beda. Ngaji yang ini yang aq paling suka. Jadi habis denger adzan magrib langsung ke mushola sama bawa segelas aer putih. Pas habis ngaji biasanya aq dipanggil trus disuruh minum aernya yang udah ditiup tiup sama ibu'. Katanya biar bina tambah pinter. Beberapa taon kemudian, pas udah agak gedean, udah ngerti kalo hal di atas gitu dilakuinnya tanggal 15 bulan sya'ban, alias 15 hari sebelom bulan Ramadhan. Yang ini udah kemajuan, nggak minum aer yang ditiupin ibu', tapi bawa aer sendiri. Udah tau juga kalo yang dibaca itu surat Yasin, dibaca 3x habis sholat magrib. Dan, kemajuan yang agak d

Salut Buat Guru Inklusi

Dobel salut pangkat tiga buat guru inklusi. Hmmm… aku baru tahu istilah pendidikan inklusi setahunan ini, dari bude, juga dari 3 kakak sepupu yang kuliah di jurusan Pendidikan Luar Biasa. Jadi pendidikan inklusi itu sebutan buat lembaga pendidikan yang di dalemnya anak normal digabungin sama anak penyandang cacat. Misalnya. Smp 18. Sebenernya SMP 18 ni kaya’ SMP pada umumnya, tapi sjak dua tahunan (kalo nggak salah) ini juga nerima anak tuna grahita ato autis. Nah, dalam kegiatan sehari-harinya, mereka digabungin sama anak-anak laen di kelas biasa. Tapi mereka didampingin sama guru khusus yang bantu mereka ato ngawasin kalo ada apa-apa. Semacem baby sitter gitu kali ya. Nah, kemaren pas crita-crita sama kak Nadia yang lagi PPL di YPAC di sebelahnya SMEA Arjuno Malang, jadi keinget lagi sama ini dan pengen ngebahas di “For Share”. Katanya deg-deg-an banget pas hari-hari awal ngajar. Emang sih di kampusnya udah pernah praktek ngajar. Tapi PPL ini beda, dia kan musti bener-bener ngajar,

Memikirkan Strategi yang "Maksa"

Hummmh..... Menghela napas panjang... hal yang simpel tapi tanpa sadar seringkali dilakukan kalo kita lagi mikirin sesuatu, ato lagi ada masalah. Dan taking a deep breath bikin beban sedikit berkurang. Dikit banget sih emang, karna seberapa banyak pun kita menghela napas masalah nggak akan selesai kalo nggak ada tindakan nyata buat nyelesein. Hmmmh.... (tuh kan, ganti paragraf aja udah menghela napas panjang lagi) Skripsi oh skripsi... Bener-bener rawan depresi... Sekarang, 16 Juli 2010. Kalo mau terhitung lulus semester ini brarti harus udah kompre alias ujian skripsi paling lambat tanggal 6 Agustus. Orang pesimis bakal bilang: "Tinggal 3 minggu lagi sampe kompre" Dan aq akan bilang: "masih ada 3 minggu lagi buat seminar hasil sama kompre" Seenggaknya revisi habis kompre nggak dihitung kan? (katanya mas jarot, staf pengajaran bagian akademik, sih gitu) Masalahnya udah seminggu ini pembimbing 1 ku nggak ngampus, dan ntah bakal sampe kapan. Maklum juga sih

MET ULTAH MI.. ^^

Image
Adekku yang satu ini lucu jayus. Tepat 17 Juni 1999, Muhammad Arif Zulfahmi (Ami) lahir. Berarti kan otomatis ini hari ultahnya dia. Sumpah lupa sama sekali mi, maafkan mbak yang agak sedikit geje ini yah mie... Bener-bener lupa tahap jujur, sampe ahirnya diingetin sama yang umurnya nambah. Jadi barusan dia sms "mbak, saiki tanggal berapa".. Pikiranku : "Hah, ngapain anak ini nanya tanggal, apa aq disuruh pulang kali ya, kangen gitu" Udah mau ngetik tanggal, 17, jadi keinget deh. Bentar-bentar... "TING!" iya yah, 17 Juni, ultahnya Ami. Ow my Gosh, lupa. Ahirnya langsung dibales "Hehe... Met Ultah adekku tercintaaa. Moga2 tambah pinter, jadi anak sholeh, nurut sama orang tua dan kakak2nya, dan tambah ngguanteng.Mmuuach". Dan dibales "Makasih" Langsung ketawa seketika dalam genangan rasa bersalahku. Sekalian sms in abah, ibuk, sama erik, ngingetin juga. Ibuk: "Udah. Orang tadi Ami juga sms 'skarang tanggal berapa buk'

FADING LOVE SONG

Image
Unbearably vague. Undetected feeling. Unanimous emotion. To whom it’s addressed unknown, Nothing and no one even shown. Not a vision nor prediction could tell Even a clue of a missing cell. The passion sometimes seems so selfish, Just a reason of the puzzled wish But one could tell a story That nature leave none but mystery Googling "blue painting", I guess picture of a painting above quite representative to actually show the sense of the Fading Love Song. Writing such words in a very leisure time, I was inspired by a painting I saw in an art exhibition in my hometown. I was in second grade of junior high school at that time, so it is about eight years ago. My friends and I casually went to an art gallery not far from my house. There was a painting exhibition of some artists if I'm not mistaken. one of the painting (I guess) hypnotized my mind because up to now, I still feel the deep emotion it delivered. It is an abstract painting of some forms, circle, t

BERKAT TUGAS LOT (Part 2, Coban Jahe, Tumpang, Malang

Image
Foto sebelah diambil pas qt mau naek. Masih pada seger. Lanjutan dari “Berkat Tugas LOT”, Coban Jahe ini salah satu penemuannya kita waktu nyari mitos sama legenda. Kaya’ coban-coban yang lain, sebenernya ini juga air terjun biasa, cuman tempatnya masih pristine banget. Di hutan pula. Banyak sih coban di Malang, Coban Rondo yang udah jadi tempat wisata, Coban Talun (belom pernah ke sana), Coban Rais yang masih asli juga tapi tempatnya di pedesaan, Coban Pelangi (udah jadi tempat wisata, tapi nggak serame coban Rondo), Coban Manten (katanya juga masih pristine dan masuk hutan lebih dalem lagi sekitar 5 kiloan), apa lagi ya… Berhubung kita kedapetan tugas di area Malang Utara, terpilihlah coban Jahe sebagai mangsa. Kita satu kelompok LOT, Tika, Nina, Weni, Andri, aq, plus dua simpatisan (hehehe, peace) mbak Angel sama Ipunk bareng-bareng ngeroyok si coban. Kesan pertama waktu berangkat : “Coban Jahe, hummm, kenapa ya namanya Jahe, banyak jahenya paling, ato rasa airnya rasa Jahe, k

AKU DAN AKU

Image
Aku, layaknya khalayak berbalut laku Aku, terdampar sorak cahaya tak berpadu Aku, terperangkap ego mayarakat duniaku Gejolak aku ingin memberontak Namun hati kelu pun lidah kaku Menyayatkan angan Menggoreskan mimpi Menorehkan asa Yang tak seorangpun dan apapun mempu merubahnya nyata, melepaskanku dari belenggu aku Sepi Hampa Hanya aku Secercah aku dan usahaku menunggu waktu

Berkat tugas “Literature and Oral Tradition” (PART 1)

Mata kuliah yang satu ini diajarin kalo mahasiswa Prodi Sastra Inggris (Sasing) Jurusan Bahasa dan Sastra Fakultas Ilmu Budaya UB ngambil konsentrasi Sastra di semester 6. Nah, ntar semester tujuh dapet LOT. Sebenernya kalo dari judul mata kuliahnya, kita bakal dapet pengetahuan tentang tradisi sastra lisan di Inggris (mereknya aja sastra Inggris). Tapi, (kata pak dosen dulu), berhubung observasi tradisi tu kudu langsung ke yang bersangkutan, alhasil kita ngadainnya observasi lokal, legenda, mitos, kisah, babat, ato apalah itu, pokoknya crita yang nggak ketahuan pengarangya siapa. Jadi minggu-minggu awal gitu kita rekreasi aja kerjaannya, sambil mendayung dapet ikan, untung2 dapet harta bajak laut. Mungkin buat orang sekitar daerah yang kita observed, crita-crita, mitos, ato legendanya tempat itu udah nggak asing, tapi banyak juga yang nggak tau. Soalnya pas kita bawa ke diskusi kelas emang pada banyak yang ber “O...” dan “wah...” (polos banget mereka... :p) Waktu itu kita kedapetan

Bersyukur Dengan Melihat Fenomena SekitaR

Kalo ada temen lagi sedih, pengen ngehibur tu pasti. Beneran deh, sumpah. Lebih bagus lagi kalo sekalian bisa ngambil pelajaran dan bersyukur. Whoop. Bukan berarti kita bersyukur karna temen lagi sedih, nggak lah.... (sadis banget). Maksudnya bersyukur dengan mengetahui kenyataan kalo kita nggak ada di posisi seperti yang dialamin orang lain, ato bersyukur dalam hal lain. Barusan-barusan ini ada temen yang lagi jumpur (baca: down to the bottom of the earth, minjem istilahnya y mas yang punya istilah). Gara-garanya dia berantem sama pcarnya, minta putus, tapi sebenernya dia nggak pengen putus. Sayangnya si pacar mengamini dan ahirnya mreka diambang putus. Otomatis kita, temen-temen se-spesies yang sering bareng ke mana-mini , coba ngehibur. Caranya macem-macem, dari nepuk-nepuk punggung pas dia nangis, ngajakin hang out, sampe marah-marahin dia gara-gara nggak bisa positif thinking dikiiiit aja (ksian banget, udah jumpur, kena marah pula). Tapi teman (buat tmen yang lagi dibicarain ka

“Sebuah Pertanyaan untuk Cinta” punya Seno Gumira

“Sebuah Pertanyaan Untuk Cinta”, a short story which is written by Seno Gumira Ajidarma, is actually a reflection of his patriarchal mind set. Most feminists believe that the common culture in the world is patriarchal which can be defined as a condition when one organized in favor of the interest of men. Therefore, feminist literary criticism is not only concerned with the marginalization of women in which they are relegated to a secondary position, but also with phenomenon of power imbalances due to gender in a given culture. Both are usually reflected in or challenged by literary texts. The beginning of contemporary women’s movement with Simone de Beauvoir, Kate Millet, and Betty Friedan leads the development of feminist literary criticism. They examine the female “self” as a cultural ideal promulgated by male authors, and their analyses of literature and culture concentrated on how male fears and anxieties were portrayed through female characters. According to Kate Millet’s critiq

Omegle Dot Com

The first time I knew this site is from a girl whom I teach, Ciwul (red). She said, it’s an interesting site and worth trying. Thus I tried it by the time I arrived home after teaching her. Whoop, it’s indeed interesting, cool, and crazy. The first three minutes I used to observe how such site actually works. It kinda throwing people in any direction and make them meet anyone from anywhere unanimously, and strangely. Therefore maybe the one whom we are talking with is named stranger. It’s so simple to talk to someone because we don’t need to register or filling some information about us, nor we need to create a nickname. Just “click” and “chat” Once I met a “stranger”, he uses English. So does the second, the third, and I then found that most the users are foreigners. Perhaps the possibility to chat with people from Indonesia is one tenth or even less. Cool, I can have an English chat without having to know each other first and may be I can make friends a lot. But that’s just what I

KATA

--> Kata, representasi dari sebuah makna yang kadang tak terkatakan. Terdiri dari empat elemen only, tapi punya berbagai turunan dan arti. Kata, bisa jadi kekuatan yang besar, bahkan menghancurkan sebuah keangkuhan. Tapi kata kadang tak memunculkan kekuatannya. Ketika si empunya kehilangan kekuatan kata dan mencarinya dalam kata untuk mengucapkan beberapa patah kata, kata menjadi sangat lemah. Kata bisa menjadi tabib tanpa jarum, namun kadang menjelma menjadi gula berracun. Satu kata bisa menjadi sangat beresensi, menjelmakan dirinya sebagai diksi yang terpatri dengan percikan agni. Tapi ntah kata yang mana yang sanggup memaknai sesuatu ini. Dingin, jernih, jatuh, menggema tanpa irama pasti, melahirkan keambiguan yang tak terdeteksi. Mana kekuatan kata itu, yang katanya setajam sembilu, selembut salju, semerah senja yang merekah malu... Kataku tak kunjung beradu..