Mendaki Puncak Suroloyo

Sunset, kabut, hawa dingin, kebersamaan :)

Diambil dari puncak Suroloyo menjelang magrib
Pada 9 September 2013 lalu saya dan sembilan teman lainnya berkunjung ke salah satu wisata alam di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Perjalanan kita waktu itu bertajuk "camping" dan naik ke puncak Suroloyo. Kata naik saya ubah jadi mendaki (sama-sama kata kerja untuk menunjukkan perpindahan dari bawah ke atas kan, haha). Berasa mendaki gunung apa gitu ya... Perjalanan itu sudah direncanakan dari lumayan jauh hari dan sempet diundur beberapa kali. Tapi finally, we did it! yay!
OKE. Here's a brief story about it. Suroloyo adalah salah satu bukit di daerah Kulon Progo, salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, sampingnya Bantul. Puncak Suroloyo merupakan puncak tertinggi di daerah pegunungan Manoreh dan dari situ bisa kelihatan candi Borobudur meskipun kecil banget. Jangan salah, walaupun Suroloyo bukan gunung melainkan bukit, tapi nggak kalah keren dan nggak kalah susah tracknya. Apalagi perjalanan naik motor di tepi jurang yang nanjaknya mungkin lebih dari 60 derajat cukup membuat kita iba pada motor kita. Untuk masuk ke sana tanpa menginap cukup murah. Lima ribu rupiah per orang. Kalau mau menginap, di sana banyak "gubug" sepetak yang disewakan untuk bermalam dan sangat murah. 25 kalo nggak 30ribu semalam. Nggak layak huni sebenernya, saya sendiri juga heran apa iya ada yang nginep di situ.

Kami? Ya kami camping, lengkap dengan tenda a la pramuka tingkat penggalang dan camping a la mahasiwa yang pakai dome, punya Agus. Tenda pramuka dipakai para laki2 dan dome dipakai para perempuan (waktu itu berempat). Tenda dan api unggun adalah satu-satunya hal yang mengindikasikan bahwa kami sedang camping. Faktanya, kami mendirikan tenda di depan sebuah pondok yang bertuliskan Koperasi, pondok yang biasanya juga disewakan, termasuk ada kami. Makanya di tenda para cowo ada kasur busanya, yang ada di pondok itu diseretlah oleh mereka jadi alas tidur. Sungguh penghianat pramuka :P

Proses pendirian tenda, dari yang rempong sampai yang terbengong2

Sholat di gunung cuy :D

Camping a la Pasca Ilmu Sastra UGM 2012 >_<
Sore menjelang magrib setelah pendirian tenda selesai, kami bersepuluh naik ke puncak Suroloyo. Show time :D. Kalau dilihat sebenarnya nggak terlalu tinggi, tapi ketika tangga demi tangga ditapaki, kaki lumayan pegel juga. Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan alam bebas, Suroloyo kurang ada tantangannya, karena utuk nauk sudah ada tangga yang memudahkan pengunjung untuk sampai ke puncak. Tapi buat kita yang lebih bayi dari newbie, it was a wow. hohoho

Puncak Suroloyo dilihat dari bawah. Dari area Borobudur juga akan kelihatan seperti ini


Selalu ya, narsis di tangga itu bukan lagi sebuah pilihan, tapi keharusan.

Puncak Suroloyo, lompat pagar dan sampai ke tepi jurang, hehe..
Tidak disarankan bagi yang punya phobia ketinggian

Puncak Suroloyo part 2 (di area berpagar)
Sayangnya banyak coretan2 tidak bertanggungjawab

Konon, Suroloyo adalah tempat pertapaan para dewa. Mitosnya, ada tangga kasat mata di daerah itu yang menjadi penghubung antara dunia dengan khayangan. Di bawah, ketika kita baru sampai, ada patung 4 punokawan yang siap menyambut. Mungkin patung itu dibuat untuk melestarikan mitos yang ada, karena punokawan adalah tokoh pewayangan Jawa yang selalu muncul sebagai perlambang rakyat jelata dan kebijakan.
Representing us, hohooh
Jadi, kalau mau wisata alam yang murah, adem, nggak rempong tapi juga nggak terlalu ramai, Suroloyo bisa jadi opsi yang tepat. Tapi harus inget, siapkan stamina anda dan kendaraan anda karena jalannya yang menikung dan menanjak.


Comments

Popular posts from this blog

Chrysanthemum (Tea)

Rindu Itu Berat

What is Good Teacher?